Kamis 21 May 2020 15:39 WIB

Aa Gym: Diam di Rumah Saat Wabah Adalah Perintah Agama

Menjauhi kemudharatan lebih diutamakan daripada yang mendatangkan kemanfaatan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: wahidah
KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
Foto: dok. Istimewa
KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemimpin Pondok Pesantren Daarut Tauhid, KH Abdullah Gymnastiar yang akrab disapa Aa Gym mengingatkan, bagi umat Islam diam di rumah untuk menjauhi kemudharatan atau wabah virus korona jenis baru (Covid-19) adalah perintah agama. Bila menjalankan perintah agama maka akan menjadi amal saleh.

 

Aa Gym mengatakan, umat Islam tetap di rumah menjaga jarak sosial dan jarak fisik bukan semata-mata karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tapi juga karena perintah agama yakni menjauhi wabah.

 

"Menjauhi (penyakit) lepra sama dengan menjauhi singa, itu sabda Nabi Muhammad SAW, menjauhi kemudharatan lebih diutamakan daripada yang mendatangkan kemanfaatan," ujar Aa Gym melalui pesan video kepada Republika, Kamis (21/5).

 

Aa Gym pun mengajak masyarakat untuk tetap disiplin, bertahan di rumah, dan menjalankan ibadah di rumah. Bagi masyarakat yang berada di zona merah pandemi Covid-19, ia mengajak untuk mengikuti anjuran Majelis Ulama Indonesia (MUI).

 

"Insya Allah kalau kita disiplin, Allah menghilangkan wabah ini karena wabah ini adalah kerumunan di mana kerumunan itu ada maka di sana wabah itu akan ada, dengan kita istiqamah semoga orang lain pun terbawa istiqamah, dan Allah mengangkat wabah ini, kita bisa kembali beribadah, sekolah dan bekerja dengan benar di zaman baru, zaman yang lebih berkah," ujarnya.

 

 Aa Gym juga mengomentari adanya kerumunan di tempat publik ketika masyarakat lain sudah patuh menjaga jarak sosial selama tiga bulan terakhir untuk memutus penyebaran Covid-19.

 

"Aa kira sahabat-sahabat punya perasaan yang sama, jengkel, kecewa, sedih dan merasa dikhianati bagi kita yang sudah hampir tiga bulan berada di rumah melihat kerumunan di bandara, pasar-pasar dan jalan-jalan," ujar dia.

 

Terutama juga perasaan para dokter dan perawat yang mempertaruhkan nyawa serta aparat yang berjaga siang maupun malam.

 

"Tetapi kita tetap harus (berpikir) jernih dan akal sehat, harus tetap tegak, jangan sampai kita meniru keburukan dengan keburukan yang sama.’’

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement