Rabu 22 Apr 2020 22:05 WIB

Netflix dan Disney+, Senjata Baru Hacker Curi Informasi

Awas! Netflix dan Disney+: Senjata Baru Hacker Curi Informasi Pengguna

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Awas! Netflix dan Disney+: Senjata Baru Hacker Curi Informasi Pengguna. (FOTO: Unsplash/Charles Deluvio)
Awas! Netflix dan Disney+: Senjata Baru Hacker Curi Informasi Pengguna. (FOTO: Unsplash/Charles Deluvio)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Pandemi Covid-19 rupanya dimanfaatkan beberapa peretas dengan mencatut nama platform streaming besar, seperti Netflix dan Disney+.

Dilansir dari The Guardian (21/4/2020), lebih dari 700 situs web palsu yang meniru halaman pendaftaran Netflix dan Disney+ telah dibuat dengan tujuan berusaha mengumpulkan informasi pribadi konsumen selama masa isolasi akibat Covid-19.

Netflix menjadi target utama karena jutaan pelanggan potensial baru mencari hiburan selama terkurung di rumah mereka. Pelanggan global baru Netflix diprediksi akan melampaui perkiraan, yakni 7 juta pengguna, saat melaporkan hasil kuartal pertama pada Selasa (21/4/2020).

Baca Juga: Lawan Dominasi Zoom, WhatsApp Buat Dobrakan Baru

Perusahaan cybersecurity Mimecast telah mengidentifikasi sekitar 700 situs penipuan yang mencurigakan dengan meniru layanan streaming paling populer di dunia. Situs-situs ini dipantau muncul mulai dari 6 April hingga periode Paskah.

Disney+ sebagai platform yang lebih baru, juga ditiru oleh empat situs web baru dalam periode satu minggu yang sama.

Beberapa situs palsu terlihat sangat meyakinkan, menjual langganan atau akun gratis untuk memanen data pribadi dan kartu kredit, meskipun sebagian besar dirancang dengan buruk dan memiliki kesalahan bahasa yang membuatnya mencurigakan.

Baca Juga: Langkah Senyap Facebook Bawa Alat Pembayaran Digitalnya ke Indonesia

"Kami telah melihat peningkatan dramatis dalam domain yang mencurigakan yang meniru berbagai raksasa streaming untuk tujuan jahat," kata Carl Wearn, Kepala E-Crime Mimecast.

“Situs spoof ini sering memancing anggota masyarakat yang tidak menaruh curiga dengan tawaran berlangganan gratis untuk mencuri data berharga. Data yang dipanen mencakup nama, alamat, dan informasi pribadi lainnya, serta mencuri detail kartu kredit untuk keuntungan finansial," pungkasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement