REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya mengawali presentasinya dengan memutar video Wonderful Indonesia versi Cina di lantai lima Island Shangri-La Hotel Hongkong. Orasinya hanya berlangsung 10 menit, waktu separuhnya digunakan memutar video pesona pantai, pasir, pulau, langit, bawah laut, terumbu karang dan menyelam menerobos jutaan ikan di objek lautan Indonesia timur.
Sekitar 100 peserta 2nd ASEAN Development Forum yang diprakarsai kantor berita Xinhua Asia Pacific (Aspac) itu pun tertegun, diam seribu bahasa. Mimik mulutnya membentuk huruf “O”, sipit matanya tak berkedip, bening memandang layar yang memantulkan video dan berujung dengan logo “Garuda” Wonderful Indonesia itu.
Tayangan bertema wisata bahari dan seni budaya itu betul-betul menyita pikiran para profesional, awak media dan narasumber yang menunggu giliran berbicara di podium. Terutama saat penghobi diving berenang dalam jarak dekat, dengan raksasa paus bertutul, yang panjangnya dua sampai tiga kali dari ukuran penyelam itu.
Seolah jinak-jinak panda, terkesan friendly, lucu, tidak menyerang, tidak lari menjauh, tidak panik. Suasana Raja Ampat yang di-shoot dari atas juga membuat “wow”, laut dengan berbagai layar warna dari biru tua, lebih muda, sampai ke putih pesisirnya.
Dikelilingi pulau-pulau kecil, seolah menjadi pelindung dari ombak liar dari laut lepas. Ada juga lambaian dua sayap ikan pari di bawah laut, warna warni koral, beragam biota laut, yang itu semua masih berada di habitat aslinya, tidak di akuarium besar, seperti Sea World.
“Silakan datang dan saksikan sendiri Wonderful Indonesia, yang saat ini masih sembilan flights dari Hongkong ke Denpasar, dan Jakarta,” kata Arief sambil menyebut bebas visa ke Indonesia diperuntukkan untuk turis Cina, termasuk Hongkong dan Macao.
lah presentasi itu, Arief Yahya diwawancara secara marathon oleh beberapa media di sana. Xinhua TV dan CCTV, jaringan TV news di Cina yang juga punya edisi bahasa Inggris dan di Indonesia bisa diakses melalui TV berbayar itu menanyakan soal akses menuju Indonesia?
Nama Bali dan Indonesia sangat dikenal di Hongkong dan Cina daratan, tetapi aksesnya terbatas. “Kami sudah melakukan deregulasi, menyederhanakan regulasi yang kaku untuk masuk ke Indonesia sebagai turis,” jelas Arief.