JAKARTA-- Bahasa isyarat biasanya digunakan secara terbatas untuk orang-orang yang memiliki masalah pendengaran dan bicara. Namun, kini bahasa isyarat dipakai untuk berkomunikasi dengan para bayi yang belum lancar berbicara.
Profesor Emeritus dari Fakultas Psikologi di University of California Linda Acredelo dan Profesor Fakultas Psikologi di California State University Susan Goodwyn merupakan pasangan yang pertama kali meneliti dan mengembangkan bahasa isyarat untuk balita dan bayi normal, seperti dilansir dalam babysigns.com.
Melalui buku Baby Sign: How To Talk With Your Baby Before Your Baby Can Talk, Acredolo dan Goodwyn mengungkapkan manfaatnya membekali si kecil dengan keterampilan berkomunikasi secara verbal plus isyarat. Orangtua dapat mengajarkan anak bahasa isyarat di usia berapa pun, pada saat anak pada masa pra-verbal.
Penelitian kemudian dilakukan terhadap sekitar 140 keluarga tergabung dalam penelitian yang dumulai ketika bayi berusia 11 bulan. Seluruh keluarga secara acak diajak menggunakan bahasa isyarat dan sebagian lagi tidak menggunakan bahasa isyarat.
Hasil penelitian menyimpulkan, pada usia 24 bulan, bayi-bayi yang diajarkan menggunakan bahasa isyarat dapat lancar berbicara pada usia 27-28 bulan. Jika dibandingkan dengan bayi yang tidak belajar bahasa isyarat, berbicara lebih lambat sekitar tiga bulan. Selain itu, bayi berusia 24 bulan yang diajarkan bahasa isyarat dapat menyusun kalimat yang lebih panjang secara signifikan.
Kemudian, kemampuan bahasa anak-anak usia 36 bulan yang diajarkan bahasa isyarat sama dengan kemampuan bahasa anak usia 47 bulan tanpa bahasa isyarat.
Pada umumnya, balita mulai berkomunikasi verbal antara usia 12 hingga 15 bulan. Pada usia sebelumnya, bayi belum dapat mengartikulasikan kebutuhan dan keinginan secara verbal. Tetapi, menurut para ahli, pemahaman dan daya tangkap anak-anak terhadap bahasa jauh melebihi yang diduga.
“Berbahasa isyarat memfasilitasi proses belajar bicara. Berkomunikasi dengan cara ini memotivasi bayi berbicara,” ujar Acredolo yang mendirikan Baby Sign Institute sambil menepis anggapan dengan mengajarkan bahasa isyarat, bayi dan anak batita (bawah tiga tahun) enggan belajar verbal.
Acredolo dan Goodwyn menuturkan, bayi dan batita terbiasa menggunakan bahasa isyarat sebagai bagian dari proses komunikasi mereka. Sebagian besar bayi mengetahui cara melambaikan tangan untuk mengucapkan selamat tinggal atau menggerakkan tangan yang berarti tidak.
Dia menegaskan, pengalaman keluarga yang menerapkan bahasa isyarat dengan bayinya, menunjukkan betapa kehidupan mereka menjadi lebih mudah dan bebas stres.
“Bayi dapat mengeskpresikan secara spesifik keinginan dan kebutuhannya. Orangtua jadi mudah memahami dan mengenali keinginan si kecil,” jelas Acredelo.
Ahli dari lembaga serupa Baby Finger, Lora Heller mengatakan, bahasa isyarat membantu batita yang masih belum mampu bicara dipahami orang-orang disekelilingnya.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian di lembaga, anak-anak yang belajar bahasa isyarat sejak bayi justru lebih termotivasi berbicara pada masa verbalnya.
"Anak-anak di masa belajar bicara verbal biasanya baru bisa menyebut “ba” yang mengacu bola, buku atau benda lain berawalan konsonan “b”. Dengan bahasa isyarat, anak-anak disini dapat menyatakan secar detil, “Aku mau buku itu”.Jadi orangtua dapat mengurangi perasaan frustasi tanpa harus menebak," tuturnya.
Bahasa isyarat untuk bayi yang dikembangkan oleh pasangan Acredelo dan Goodwyn sangat mudah dan dapat dipraktekkan secara langsung oleh para orangtua di rumah. Tanpa disadari telah banyak digunakan oleh para orangtua.
Mereka menuturkan, ketika orangtua menyanyikan lagu favorit anak dan menggendong mereka sesuai dengan irama, serta menggoyangkan tangan. Sebenarnya orangtua telah membantu anak mempelajari bahasa isyarat yang dapat berguna untuk mengembangkan pemahaman anak, selain dari pemahaman terhadap lagu tersebut.
Bahasa isyarat bayi melibatkan unsur gerak tubuh (gesture), mimik dan bahasa verbal. Di Amerika Serikat telah terbit kamus lengkap bahasa standar isyarat bayi yang berbasis bahasa Inggris-Amerika.
Beda bahasa, tentu beda juga bahasa isyaratnya. Jika orangtua ingin mengajarkan bahasa tanda dengan basis bahasa Indonesia, tak harus mengikuti kamus standar Amerika. Bahasa isyaraat memang merupakan salah satu alternatif yang menarik untuk meningkatkan kedekatan komunikasi orangtua dan anak serta keterampilan berkomunikasi. (ri)
Cara Praktis Berbahasa Isyarat
Menurut Linda Acredolo dan Susan Goodwyn, bahasa isyarat bayi tak harus diajarkan dengan basis bahasa Inggris. Orangtua dengan basis bahasa apa pun bisa menerapkannya. Berikut langkah mudah memulainya:
Tentukan tanda dan frase atau ungkapan yagn diwakilinya. Misalnya, sambil menepuk perut dengan keduan tangan Anda menyebut, ”Aku mau makan”. Biasanya kalimat atau ungkapan pertama bahas isyarat mewakili aktivitas untuk memenuhi kebutuhan utama bayi seperti makan, minum, susu dan lainnya.
Gunakan isyarat sebelum dan selama melakukan aktivitas sambil menyebutkan secara verbal.
Bersikaplah konsisten. Jangan berganti-ganti. Hal itu akan membingungkan si kecil. Gunakan terus bahasa isyarat sampai anak akhirnya memberikan reaksi menggunakan tanda yang sama. Biasanya hasil nyata didapat ketika si kecil menginjak usia 6-7 bulan.
Ulangi terus dan tingkatkan tanda serta kosa kata si kecil. Jangan lupa pula untuk selalu menggunakan isyarat yang dikuasai anak. Kalau perlu, buatlah semacam kamus tersendiri agar tak lupa atau tertukar.
Ajarkan dalam posisi sejajar secara visual dengan si kecil. Libatkan semua orang di rumah Anda. (ri)