Sabtu 11 Jan 2020 02:19 WIB

Wadah Plastik Bebas BPA Juga Belum Tentu Aman

Selama ini, wadah plastik yang mengandung BPA dianggap tidak aman bagi kesehatan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Kemasan plastik tak mengandung BPA ternyata belum tentu aman bagi kesehatan.
Foto: time
Kemasan plastik tak mengandung BPA ternyata belum tentu aman bagi kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini, produk plastik untuk wadah makanan dan minuman yang mengandung bisfenol A (BPA) dianggap tidak aman bagi kesehatan. Produsen berupaya menghadirkan botol minum, mangkuk plastik, maupun cangkir plastik yang bebas BPA agar penggunanya terhindar dari risiko berbagai penyakit.

Sebagai pengganti BPA, dipakailah bisfenol S (BPS). Sejalan waktu, peneliti menemukan bahwa BPS tidak seaman yang diperkirakan sebelumnya. Studi

Baca Juga

Dilansir laman Science Mag, studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Guelph mengungkapkan bahwa BPA maupun BPS dapat menganggu kesehatan jantung. Studi yang dilakukan pada hewan coba tikus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh BPS bagi kesehatan.

Selama studi berlangsung, jantung tikus hidup diperfusi dengan BPA, BPS dan plasebo selama 15 menit. Setelah itu, tim peneliti memantau perkembangan para tikus percobaan, khususnya tikus betina.

Tim peneliti mendapati bahwa kontraksi jantung tikus yang mendapatkan paparan BPA dan BPS mengalami perlambatan dan mengganggu aliran darah. Pada tikus yang diberikan BPA, perlambatan kontraksi jantung mulai terjadi dalam waktu 10 menit. Sedangkan pada tikus yang diberikan BPS, perlambatan kontraksi jantung terjadi lebih cepat yaitu hanya dalam waktu lima menit.

"Kami merupakan yang pertama yang menunjukkan seberapa cepat BPS bekerja," jelas salah satu peneliti Profesor Glen Pyle, seperti dilansir Yahoo! Style.

Dari temuan yang dimuat dalam jurnal Scientific Reports ini diketahui bahwa paparan BPA dan BPS sama-sama menyebabkan penurunan fungsi jantung pada tikus. Dengan dosis yang sama, BPS bahkan hanya membutuhkan setengah dari waktu yang dibutuhkan BPA untuk menurunkan fungsi jantung. Temuan ini mengindikasikan bahwa BPS memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap kesehatan jantung.

"Kami sudah menduga akan menemukan dampak serupa dari BPS seperti BPA, tapi tidak (menduga) dalam kecepatannya bekerja," jelas Pyle.

Tubuh manusia pada dasarnya dapat membuang BPA dan BPS dalam waktu yang relatif cepat. Akan tetapi, karena BPA dan BPS ada di mana-mana, zat-zat kimia ini bisa terdeteksi pada lebih dari 90 persen orang.

Meski studi ini dilakukan pada tikus, hasil yang ditemukan cukup mengkhawatirkan. Salah satu alasannya, pathway dan reseptor hormon pada tikus memiliki kemiripan dengan manusia.

Tim peneliti menambahkan bahwa ada beberapa kelompok yang lebih rentan terhadap risiko masalah jantung akibat paparan BPS. kelompok rentan tersebut adalah orang dengan penyakit jantung, orang dengan tekanan darah tinggi, orang dengan diabetes dan orang dengan tubuh obesitas.

"Bila jantung sudah dalam keadaan tak baik, ketika Anda menambahkan sebuah stresor, Anda akan membuat (kondisi jantung) lebih buruk," tutur Pyle.

Dari temuan terbaru ini, tim peneliti juga mendorong agar BPS dilarang penggunaannya untuk berbagai produk yang digunakan oleh masyarakat luas. Tim peneliti juga menganjurkan pengurangan penggunaan produk plastik untuk meminimalisasi paparan BPS atau BPA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement