Selasa 21 Jun 2022 15:31 WIB

338 Ribu Jiwa Selamat dari Covid-19 di AS dengan Perawatan Kesehatan Universal

Laporan Covid-19 tersebut diharapkan bisa jadi bahan evaluasi di AS.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa lebih dari 338 ribu jiwa di AS bisa selamat dari kematian selama pandemi dengan perawatan kesehatan universal (universal healthcare).
Foto: www.freepik.com
Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa lebih dari 338 ribu jiwa di AS bisa selamat dari kematian selama pandemi dengan perawatan kesehatan universal (universal healthcare).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa lebih dari 338 ribu jiwa di AS bisa selamat dari kematian selama pandemi dengan perawatan kesehatan universal (universal healthcare). Laporan ini diharapkan bisa menjadi evaluasi bagi AS, mengingat lebih dari satu juta warganya meninggal akibat Covid-19 dan banyak di antara mereka yang tidak memiliki asuransi sehingga terpaksa menunda diagnosa yang memperburuk penularan.

AS memiliki tingkat kematian tertinggi akibat virus dibandingkan negara-negara adidaya, juga menjadi satu-satunya yang tak memiliki perawatan kesehatan universal. Menurut data Kaiser Family Foundation, hal itu menghabiskan hampir dua kali lebih banyak untuk perawatan kesehatan per kapita dibandingkan negara-negara kaya lainnya.

Baca Juga

“Sistem perawatan kesehatan saat ini di AS secara ekonomi tidak efisien dan membuat jutaan orang Amerika tidak memiliki akses yang memadai ke layanan medis,” kata Alison Galvani, direktur Pusat Pemodelan dan Analisis Penyakit Menular di Yale School of Public Health dan penulis utama studi tersebut seperti dilansir dari The Guardian, Selasa (21/6/2022).

Para penulis merekomendasikan agar AS mengadopsi Medicare for All, program perawatan kesehatan single-payer, untuk memfasilitasi pemulihan dari krisis yang sedang berlangsung dan meningkatkan kesiapsiagaan pandemi, serta menjaga kesejahteraan dan kemakmuran secara lebih luas.

Untuk menentukan berapa banyak kematian akibat Covid yang berpotensi dapat dicegah, penulis membangun studi ini berdasarkan data berapa banyak orang yang kehilangan asuransi kesehatan akibat di PHK dari pekerjaannya selama pandemi.

“Bagi karyawan, PHK bisa mengakibatkan kerugian asuransi atau kebutuhan untuk beralih ke jenis yang berbeda,” jelas Galvani.

Para penulis menghitung potensi penghematan biaya dari perawatan kesehatan universal dengan meninjau rata-rata biaya Medicare dan Medicaid untuk rawat inap Covid-19 yang memerlukan ventilasi mekanis, yang masing-masing adalah 57.822 dolar AS dan 47.396 dolar AS, menurut laporan tersebut. Biaya rata-rata untuk asuransi swasta di AS adalah 114,842 dolar AS

Studi ini juga menegaskan bahwa ketakutan kehilangan asuransi kesehatan selama pandemi juga memungkinkan banyak orang tetap bekerja bahkan ketika mereka sakit. “Jadi perawatan kesehatan universal dengan single-payer bisa menjawab problematika ini,” jelas Galvani.

David Rosner, yang mempelajari kesehatan masyarakat dan sejarah sosial di University of Columbia, menggambarkan penelitian tersebut sebagai kritik besar terhadap sistem kesehatan dari sudut pandang kesehatan masyarakat.

“Jelas bahwa pekerja di sektor esensial lebih mungkin terpapar secara tidak proporsional. Saya tidak terkejut dengan laporan yang menemukan bahwa orang-orang ini meninggal pada tingkat yang lebih tinggi,” kata dia.

Studi itu mencatat, sistem perawatan kesehatan pembayar tunggal dapat mencegah kematian seperti itu karena akan meningkatkan akses ke perawatan primer, yang akan mengarah pada diagnosis virus yang lebih cepat dan pengobatan penyakit penyerta yang lebih baik seperti diabetes.

Ann Keller, seorang profesor kebijakan dan manajemen kesehatan di University of California, Berkeley, mengatakan kurangnya sistem perawatan kesehatan pembayar tunggal bukan satu-satunya alasan mengapa AS memiliki tingkat penyakit kronis yang tinggi. Dia juga menambahkan faktor kemiskinan, krisis makanan dan kesejahteraan yang lemah.

Upaya Demokrat baru-baru ini untuk menerapkan sistem kesehatan pembayar tunggal atau memperluas Undang-Undang Affordable Care Act telah terhenti.

“Hasil penelitian seperti kami bertentangan dengan industri perawatan kesehatan yang berkontribusi besar pada pembiayaan dan lobi kampanye politik,” kata Galvani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement