Jumat 20 Aug 2021 13:20 WIB

Gangguan Makan pada Remaja Meningkat Selama Pandemi

Ada beberapa alasan terjadinya lonjakan gangguan makan pada remaja saat pandemi.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Makan bersama (ilustrasi). Studi di Inggris mengungkap gangguan makan pada remaja meningkat selama pandemi Covid-19.
Foto: www.freepik.com.
Makan bersama (ilustrasi). Studi di Inggris mengungkap gangguan makan pada remaja meningkat selama pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Gangguan makan pada remaja diketahui meningkat selama pandemi Covid-19. Hal itu dipaparkan pada studi yang digagas grup perawatan kesehatan Bupa UK, yang melakukan survei terhadap sejumlah remaja di Inggris.

Sebagian generasi muda beralih ke makanan untuk mengelola kesehatan mental mereka selama pandemi, seperti membatasi asupan makanan. Dari survei, 46 persen remaja mengaku mengubah kebiasaan makan.

Baca Juga

Sebanyak 84 persen remaja membatasi makanan dengan tujuan tetap memiliki kendali atas diri. Sementara, sebanyak 41 persen remaja melaporkan rasa memiliki kendali serupa dengan cara makan lebih banyak.

Survei pun menunjukkan ada peningkatan 125 persen peningkatan jumlah penelusuran tentang anoreksia pada anak-anak di Google selama setahun terakhir. Menurut Bupa UK, ada beberapa alasan terjadinya lonjakan gangguan makan.

Spesialis kesehatan mental untuk Bupa UK, Harriet Finlayson, mengatakan pandemi bisa membuat remaja merasa tertekan. Mereka cemas dan stres menghadapi perubahan dalam rutinitas.

Lockdown tentunya berimbas pada minimnya kontak sosial, sehingga media sosial menjadi tempat menghabiskan waktu. Itu bisa membuat remaja melihat hal-hal yang negatif bagi citra diri dan tubuhnya.

Ada juga remaja yang cenderung banyak makan atau malah membatasi makanan sebagai respons terhadap stres. Penyebab lain, kurangnya aktivitas membuat remaja punya akses berlebihan terhadap makanan.

"Mengubah kebiasaan makan sesekali adalah hal yang wajar, tetapi jika makanan dan makan terasa seperti mengambil alih hidup anak Anda, itu bisa berkembang menjadi gangguan," kata Finlayson.

Danielle Panton selaku penasihat kesehatan mental Bupa UK berbagi kiat kepada orang tua yang anaknya mengalami kondisi demikian. Dia menyarankan agar orang tua menghadirkan suasana berbincang yang nyaman dengan anak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ
Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah.

(QS. Al-Hajj ayat 5)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement